PERBANDINGAn YANG MIRIS
Mungkin orang
ini sudah tidak asing lagi bagi teman-teman yang berada di daerah Padang dan
sekitarnta. Yaa,,mereka dalah ibu dan anak perempuannya yang selau berdandan
acak-acakan dengan wajah yang penuh dengan bedak atau mungkin tepung di
wajahnya.
Sungguh miris
hati ku melihat 2 org ibu dan anak perempuannya yang sering berada dijalanan
ini. Mereka yang berdandan acak-acakan,dengan tepung atau bedak berwarna putih
diwajahnya yang mungki untuk menutupi identitas mereka. Namun 1 pelajaran yang
dapat ku ambil dari seorang ibu itu adalah walaupun keadaannya seperti itu,
tapi dia tetap berusaha untuk membesarkan anaknya.Dimanpun ia berada, ia akan
selalu bersama dengan anaknya. Sangat
jauh berbeda dengan keadaan orang-orang yang tega menggugurkan kandungannya
karena hal-hal yang mereka anggap akan memperburuk image mereka karena telah
mempunyai anak di luar nikah, atau yang sebagian orang menyebut dengan “anak haram”. Prediket seperti itulah yang mereka tidak inginkan.
Padahal kondisi ekonomi mereka tergolong berkecukupan. Menurut ku, bagi orang-orangyang
melakukan tindakan seperti itu sangatlah tidak manusiawi, anak yang
dianugerahkan Allah SWT kepadanya, malah mereka sia-sia kan. Bahkan lebih
biadap dari pada zaman Jahiliyah, dimana setiap bayi perempuan yang sudah
dilahirkan kemudian dibunuh, sedangkan sekarang anak itu belum sempat menghirup
udara di bumi, malah sudah di bunuh. Bandingkan saja dengan 2 orang ibu dan anak
yang sering lunta-lantung dijalanan ini,meski bagaimanapun kehidupan ekonominya,namun
ia tetap berusaha untuk selalu bersama anaknya.
Aku yakin, ibu itu pasti juga berkeinginan untuk anaknya bisa hidup layak, tapi karena keadaan yang tidak memungkinkan, dengan terpaksa ia harus hidup seperti itu. Bahkan waktu itu aku sempat melihat anaknya tidur dibawah pohon dipinggir jalan. Aku yakin,walupun terlihat dari luar ibu itu seperti tidak peduli, namun di dalam lubuk hatinya ia pasti sangat terpukul, karena melihat nasib anaknya harus seperti itu, karena bagaimanapun ia adalah seorang ibu.
Aku yakin, ibu itu pasti juga berkeinginan untuk anaknya bisa hidup layak, tapi karena keadaan yang tidak memungkinkan, dengan terpaksa ia harus hidup seperti itu. Bahkan waktu itu aku sempat melihat anaknya tidur dibawah pohon dipinggir jalan. Aku yakin,walupun terlihat dari luar ibu itu seperti tidak peduli, namun di dalam lubuk hatinya ia pasti sangat terpukul, karena melihat nasib anaknya harus seperti itu, karena bagaimanapun ia adalah seorang ibu.
Sedikit
berbagi pengalaman, waktu itu aku pernah ditemui oleh seorang perempuan yang
ingin meminjam uang kepada ku, sebut saja inisialnya R. R meminjam dengan
nominal 700.000. Tentu saja untuk ku itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dan aku
bertanya-tanya untuk apa uang tersebut. Setelah aku bertanya, kepada R katanya
uang tersebut akan ia perguanakan untuk membeli obat, tapi aku belum merasa
puas dengan jawabannya. Karena, jika ia sakit dan membutuhkan biaya yang cukup
besar kenapa tidak meminta saja kepada orang tuanya. Dan aku trus mendesaknya
untuk menceritakan penyakitnya. Ternyata setelah ku desak, R menceritakan bahwa
sebenarnya uang yang akan dipinjamnya itu untuk membeli obat untuk menggugurkan
kandungannya. Spontan aku kaget, dan mengira bahwa ia tengah bercanda, namun
ternyata ia memang serius dan ia berniat untuk menggugurkan kandungannya. Lalu
aku mencoba untuk berbicara padanya untuk tidak menggugurkannya, dan mencoba
untuk melanjutkan kandungannya. Dan tentu saja aku tidak mau meminjamkan uang
itu untuknya. Setelah beberapa lama aku berbincang dengannya, ia mengatakan
tidak akan menggugurkan kandungannya itu. Semoga saja yang ia katakan itu
benar, bahwa ia tidak akan menggurkan kandungannya. Karena “BERANI BERBUAT,
BERANI BERTANGGUNGJAWAB”.