Minggu, 29 April 2012


PERBANDINGAn YANG MIRIS





Mungkin orang ini sudah tidak asing lagi bagi teman-teman yang berada di daerah Padang dan sekitarnta. Yaa,,mereka dalah ibu dan anak perempuannya yang selau berdandan acak-acakan dengan wajah yang penuh dengan bedak atau mungkin tepung di wajahnya.
Sungguh miris hati ku melihat 2 org ibu dan anak perempuannya yang sering berada dijalanan ini. Mereka yang berdandan acak-acakan,dengan tepung atau bedak berwarna putih diwajahnya yang mungki untuk menutupi identitas mereka. Namun 1 pelajaran yang dapat ku ambil dari seorang ibu itu adalah walaupun keadaannya seperti itu, tapi dia tetap berusaha untuk membesarkan anaknya.Dimanpun ia berada, ia akan selalu bersama dengan anaknya.  Sangat jauh berbeda dengan keadaan orang-orang yang tega menggugurkan kandungannya karena hal-hal yang mereka anggap akan memperburuk image  mereka karena telah mempunyai anak di luar nikah, atau yang sebagian orang menyebut dengan anak haram”. Prediket  seperti itulah yang mereka tidak inginkan. Padahal kondisi ekonomi mereka tergolong berkecukupan. Menurut ku, bagi orang-orangyang melakukan tindakan seperti itu sangatlah tidak manusiawi, anak yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya, malah mereka sia-sia kan. Bahkan lebih biadap dari pada zaman Jahiliyah, dimana setiap bayi perempuan yang sudah dilahirkan kemudian dibunuh, sedangkan sekarang anak itu belum sempat menghirup udara di bumi, malah sudah di bunuh.  Bandingkan saja dengan 2 orang ibu dan anak yang sering lunta-lantung dijalanan ini,meski bagaimanapun kehidupan ekonominya,namun ia tetap berusaha untuk selalu bersama anaknya.
        Aku yakin, ibu itu pasti juga berkeinginan untuk anaknya bisa hidup layak, tapi karena keadaan yang tidak memungkinkan, dengan terpaksa ia harus hidup seperti itu. Bahkan waktu itu aku sempat melihat anaknya tidur dibawah pohon dipinggir jalan. Aku yakin,walupun terlihat dari luar ibu itu seperti tidak peduli, namun di dalam lubuk hatinya ia pasti sangat terpukul, karena melihat nasib anaknya harus seperti itu, karena bagaimanapun ia adalah seorang ibu.
Sedikit berbagi pengalaman, waktu itu aku pernah ditemui oleh seorang perempuan yang ingin meminjam uang kepada ku, sebut saja inisialnya R. R meminjam dengan nominal 700.000. Tentu saja untuk ku itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dan aku bertanya-tanya untuk apa uang tersebut. Setelah aku bertanya, kepada R katanya uang tersebut akan ia perguanakan untuk membeli obat, tapi aku belum merasa puas dengan jawabannya. Karena, jika ia sakit dan membutuhkan biaya yang cukup besar kenapa tidak meminta saja kepada orang tuanya. Dan aku trus mendesaknya untuk menceritakan penyakitnya. Ternyata setelah ku desak, R menceritakan bahwa sebenarnya uang yang akan dipinjamnya itu untuk membeli obat untuk menggugurkan kandungannya. Spontan aku kaget, dan mengira bahwa ia tengah bercanda, namun ternyata ia memang serius dan ia berniat untuk menggugurkan kandungannya. Lalu aku mencoba untuk berbicara padanya untuk tidak menggugurkannya, dan mencoba untuk melanjutkan kandungannya. Dan tentu saja aku tidak mau meminjamkan uang itu untuknya. Setelah beberapa lama aku berbincang dengannya, ia mengatakan tidak akan menggugurkan kandungannya itu. Semoga saja yang ia katakan itu benar, bahwa ia tidak akan menggurkan kandungannya. Karena “BERANI BERBUAT, BERANI BERTANGGUNGJAWAB”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar